Olahraga Tapi Kurang Tidur, Bisa Picu Stroke Ringan?

By elda
3 Menit
Photo by cuncon on Pixabay

Apakah Anda termasuk orang yang suka berolahraga saat kurang tidur? Jika ya, Anda mungkin perlu berhati-hati. Pasalnya, kebiasaan ini bisa meningkatkan risiko terjadinya transient ischemic attack (TIA) atau stroke ringan.

TIA adalah gejala singkat yang menyerupai penyakit stroke. Hal ini bisa disebabkan karena penyumbatan singkat aliran darah ke otak. Gejala TIA biasanya hanya berlangsung beberapa menit saja dan tidak menyebabkan kerusakan permanen. Namun, gejala ini bisa menjadi peringatan bahwa seseorang berisiko tinggi mengalami stroke di kemudian hari.

Salah satu faktor yang bisa memicu TIA adalah stres oksidatif. Stres oksidatif adalah kondisi ketika tubuh mengalami ketidakseimbangan antara radikal bebas dan antioksidan. Radikal bebas adalah molekul yang bisa merusak sel-sel tubuh, sedangkan antioksidan adalah molekul yang bisa menetralkan radikal bebas.

Stres oksidatif bisa terjadi karena berbagai hal, seperti pola makan, gaya hidup, kondisi tertentu, atau faktor lingkungan. Salah satu gaya hidup yang bisa menyebabkan stres oksidatif adalah berolahraga saat kurang tidur.

Menurut Praktisi Kesehatan Tidur dan Konsultan Utama Snoring & Sleep Disorder Clinic RS Mitra Kemayoran, Andreas Prasadja, berolahraga saat kurang tidur bisa meningkatkan sel-sel inflamasi yang bisa memicu stres oksidatif.

“Stres oksidatif bisa menyebabkan peradangan kronis dan penyakit neurodegeneratif, seperti Alzheimer dan Parkinson. Selain itu, stres oksidatif juga bisa mempengaruhi pembuluh darah, termasuk pembuluh darah di otak, yang bisa menyebabkan TIA atau stroke ringan,” ujar Andreas, (29/2/2024).

Untuk menghindari stres oksidatif karena berolahraga, Andreas menyarankan agar tidur dengan waktu yang cukup. “Idealnya 7-9 jam untuk orang dewasa,” katanya.

Selain tidur cukup, stres oksidatif juga bisa dicegah dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang, berolahraga teratur, berhenti merokok, mengurangi stres, dan menghindari paparan polusi serta bahan kimia.

Andreas juga mengingatkan agar tidak mengabaikan gejala TIA, seperti mati rasa atau lemah pada satu sisi tubuh, gangguan penglihatan, gangguan bicara, pusing, atau sakit kepala hebat. Jika mengalami gejala tersebut, segera periksakan diri ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

“Jangan anggap remeh TIA, karena itu bisa menjadi tanda bahwa Anda berisiko mengalami stroke. Stroke bisa menyebabkan kematian atau kecacatan permanen. Oleh karena itu, lakukan pencegahan sejak dini dengan menjaga kesehatan tubuh dan otak,” tutup Andreas.

Share This Article