Makan Siang Gratis: Program Ambisius Prabowo-Gibran yang Menantang Defisit APBN

By firman
7 Menit
Photo by Inna Safa on Unsplash

Sebuah program yang terdengar sederhana, namun memiliki dampak besar bagi kesejahteraan rakyat dan perekonomian negara. Itulah Program Makan Siang Gratis yang diusung oleh pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 2, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.

Program ini bertujuan untuk memberikan makan siang dan susu gratis kepada lebih dari 80 juta anak-anak Indonesia, mulai dari usia dini hingga SMA, termasuk santri di pesantren. Selain itu, program ini juga akan memberikan bantuan gizi kepada ibu hamil dan balita di seluruh Indonesia.

Menurut Prabowo, program ini merupakan bagian dari Program Hasil Terbaik Cepat yang akan ia jalankan jika terpilih menjadi presiden. Ia berpendapat bahwa program ini dapat mengatasi masalah gizi buruk, stunting, kematian ibu hamil, kemiskinan ekstrem, serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Namun, program ini tidak lepas dari tantangan dan kritik, terutama terkait dengan sumber anggaran dan dampaknya terhadap defisit APBN. Bank Dunia, misalnya, masih menunggu rincian program ini dan berpesan agar pemerintah tetap berpegang pada pagu defisit fiskal sebesar 3 persen dari PDB, sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Bagaimana Prabowo-Gibran merancang dan menjalankan program ini? Apa saja manfaat dan risikonya bagi rakyat dan negara? Berikut ulasan lengkapnya.

Rancangan Program

Program Makan Siang Gratis telah didiskusikan dalam pembahasan Kebijakan Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM-PPKF) 2025. Program ini merupakan usulan dari pasangan Prabowo-Gibran yang dianggap sebagai program prioritas.

Dalam dokumen visi-misinya, pasangan ini menjelaskan bahwa program ini akan dilaksanakan secara bertahap, dengan menentukan skala prioritas berdasarkan tingkat kebutuhan dan ketersediaan sumber daya. Program ini akan dimulai sejak Prabowo-Gibran dilantik sebagai presiden dan wakil presiden pada Oktober 2024, dan ditargetkan mencapai cakupan 100 persen pada tahun 2029.

Untuk melaksanakan program ini, Prabowo-Gibran akan bekerja sama dengan pemerintah daerah, sekolah, pesantren, rumah sakit, puskesmas, dan organisasi masyarakat. Mereka juga akan memanfaatkan hasil panen petani dan nelayan lokal sebagai bahan baku makanan, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian sektor pertanian dan perikanan.

Selain itu, Prabowo-Gibran juga akan mengembangkan sistem informasi dan monitoring yang terintegrasi, untuk memastikan kualitas, kuantitas, dan distribusi makanan yang tepat sasaran. Mereka juga akan melakukan evaluasi dan penelitian secara berkala, untuk mengukur dampak dan efektivitas program ini.

Manfaat Program

Program Makan Siang Gratis diharapkan dapat memberikan manfaat yang signifikan bagi rakyat dan negara, baik dari segi kesehatan, pendidikan, maupun ekonomi. Berikut adalah beberapa manfaat yang dapat dirasakan:

  • Meningkatkan kesehatan dan gizi anak-anak, ibu hamil, dan balita. Program ini dapat mengurangi angka gizi buruk, stunting, anemia, dan kematian ibu hamil, yang masih menjadi masalah serius di Indonesia. Menurut data Kementerian Kesehatan, pada tahun 2023, prevalensi stunting di Indonesia mencapai 27,67 persen, anemia pada ibu hamil mencapai 48,9 persen, dan angka kematian ibu hamil mencapai 305 per 100.000 kelahiran hidup. Dengan program ini, diharapkan angka-angka tersebut dapat menurun secara signifikan.
  • Meningkatkan kualitas dan prestasi pendidikan. Program ini dapat meningkatkan konsentrasi, daya ingat, dan motivasi belajar anak-anak, yang berdampak positif pada hasil belajar mereka. Menurut studi yang dilakukan oleh UNICEF dan Pusat Kajian Ekonomi dan Kebijakan Kesehatan (PKEKK) Universitas Indonesia, pada tahun 2019, program makan siang gratis di Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, berhasil meningkatkan nilai rata-rata ujian nasional siswa SD sebesar 2,6 poin, dan mengurangi angka putus sekolah sebesar 0,4 persen.
  • Meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pengentasan kemiskinan. Program ini dapat meningkatkan daya beli masyarakat, khususnya keluarga miskin dan rentan miskin, yang dapat mengalokasikan pengeluaran mereka untuk kebutuhan lain. Selain itu, program ini juga dapat meningkatkan pendapatan dan kemandirian petani dan nelayan, yang menjadi pemasok bahan baku makanan. Menurut studi yang dilakukan oleh Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI), pada tahun 2019, program makan siang gratis di Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, berhasil meningkatkan pendapatan per kapita keluarga miskin sebesar 3,8 persen, dan mengurangi angka kemiskinan sebesar 1,1 persen.

Risiko Program

Program Makan Siang Gratis tidak tanpa risiko, terutama terkait dengan sumber anggaran dan dampaknya terhadap defisit APBN. Program ini membutuhkan dana yang cukup besar, yang harus diimbangi dengan sumber pendapatan dan efisiensi belanja negara. Jika tidak, program ini dapat menimbulkan masalah fiskal dan makroekonomi.

Menurut perhitungan Kementerian Keuangan, program ini membutuhkan anggaran sebesar Rp 200 triliun per tahun, atau sekitar 1,2 persen dari PDB. Anggaran ini setara dengan 10 persen dari total belanja negara, atau 20 persen dari total belanja kementerian dan lembaga.

Untuk menutupi anggaran ini, pemerintah harus mencari sumber pendapatan baru, misalnya dengan menaikkan pajak atau menjual aset negara. Namun, hal ini dapat menimbulkan dampak negatif bagi perekonomian, seperti menurunkan daya saing, mengurangi investasi, dan meningkatkan utang.

Selain itu, pemerintah juga harus melakukan efisiensi belanja negara, misalnya dengan mengurangi subsidi, menghapus program lain, atau menunda pembangunan infrastruktur. Namun, hal ini dapat menimbulkan dampak negatif bagi kesejahteraan masyarakat, seperti menurunkan kualitas layanan publik, mengurangi lapangan kerja, dan menghambat pembangunan daerah.

Oleh karena itu, program ini harus dirancang dengan matang, dengan mempertimbangkan aspek kebutuhan, kelayakan, dan keterjangkauan. Program ini juga harus dijalankan dengan transparan, akuntabel, dan partisipatif, dengan melibatkan semua pemangku kepentingan, termasuk pemerintah pusat dan daerah, sekolah, pesantren, rumah sakit, puskesmas, organisasi masyarakat, dan masyarakat luas.

Kesimpulan

Program Makan Siang Gratis adalah program ambisius yang diusung oleh pasangan Prabowo-Gibran, yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan perekonomian negara. Program ini memiliki manfaat yang signifikan, namun juga memiliki risiko yang besar, terutama terkait dengan sumber anggaran dan dampaknya terhadap defisit APBN. Oleh karena itu, program ini harus dirancang dan dijalankan dengan hati-hati, dengan mempertimbangkan semua aspek yang terkait.

Share This Article