Prabowo Subianto : Tentang 2 Orang Tuanya

6 Menit

Soemitro dan Dora: Pasangan yang Melahirkan Prabowo Subianto

Prabowo Subianto, calon presiden nomor urut 02, adalah putra dari pasangan Soemitro Djojohadikoesoemo dan Dora Marie Sigar. Keduanya adalah tokoh yang berjasa bagi Indonesia, baik di bidang ekonomi, politik, maupun sosial. Siapa sebenarnya sosok Soemitro dan Dora? Bagaimana kisah cinta mereka? Dan bagaimana pengaruh mereka terhadap Prabowo Subianto?

  • Soemitro: Ekonom dan Politikus yang Cemerlang

Soemitro Djojohadikoesoemo, yang lahir pada 29 Mei 1917, adalah seorang ekonom dan politikus Indonesia yang sangat dihormati. Ia menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi Ekonomi Rotterdam, Belanda, dan lulus pada 1937. Setelah Perang Dunia II, ia kembali ke Indonesia dan berperan sebagai delegasi Indonesia dalam organisasi PBB di Amerika Serikat. Selain itu, ia juga aktif dalam menggalang dana untuk mendukung perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Soemitro menjadi salah satu tokoh kunci dalam Konferensi Meja Bundar sebelum akhirnya bergabung dengan Partai Sosialis Indonesia. Ia kemudian ditunjuk sebagai Menteri Perdagangan dan Industri dalam Kabinet Natsir pada 1950. Setelah hampir 2 tahun menjabat, ia dipercaya untuk menjadi Menteri Keuangan dalam Kabinet Wilopo dan Kabinet Burhanuddin Harahap. Selama masa kepemimpinannya sebagai Menteri Keuangan, Indonesia menyaksikan masuknya berbagai investor asing yang mulai berinvestasi di negara ini. Kerja sama antara pemerintah dan investor asing membantu menggerakkan perekonomian Indonesia.

Namun, Soemitro tidak selalu sejalan dengan pemerintah pusat. Ia kemudian bergabung dengan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) di Sumatera, yang menentang kebijakan Presiden Soekarno. Sayangnya, PRRI ditumpas sehingga Soemitro terpaksa tidak bisa kembali ke Tanah Air hingga tahun 1967. Keputusannya ini diambil demi menjaga stabilitas dan mengamankan situasi pemberontakan di Indonesia pada saat itu.

Setelah Orde Baru berkuasa, Soemitro kembali ke Indonesia dan mendapat amnesti dari Presiden Soeharto. Ia pun kembali berkiprah di dunia politik dan pemerintahan. Ia menjadi Menteri Riset dalam Kabinet Pembangunan II dan Kabinet Pembangunan III. Ia juga menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung dan Dewan Pertimbangan Presiden. Selain itu, ia juga aktif sebagai pengajar dan peneliti di berbagai perguruan tinggi dan lembaga penelitian.

Soemitro meninggal pada 9 Maret 2001, setelah menderita penyakit jantung. Ia dimakamkan di TPU Karet Bivak, Jakarta. Ia meninggalkan warisan berupa pemikiran dan karya-karya yang berharga bagi Indonesia.

  • Dora: Perempuan yang Berani dan Berbudi

Dora Marie Sigar, yang lahir pada 21 September 1921, adalah seorang perempuan yang berani dan berbudi. Ia berasal dari keluarga Minahasa yang beragama Kristen. Ia menempuh pendidikan di sekolah-sekolah Belanda, termasuk di ELS (Europese Lagere School) dan AMS (Algemene Middelbare School).

Dora bertemu dengan Soemitro ketika ia bekerja sebagai sekretaris di kantor Departemen Keuangan di Jakarta. Keduanya jatuh cinta dan menikah pada 1947. Dari pernikahan tersebut, mereka dikaruniai lima orang anak, yaitu Bintang, Prabowo, Mayrani, Hashim, dan Bianti.

Dora adalah seorang istri yang setia dan mendukung suaminya dalam segala hal. Ia juga seorang ibu yang penyayang dan tegas. Ia mendidik anak-anaknya dengan baik dan memberikan contoh yang baik. Ia juga seorang perempuan yang berjiwa sosial. Ia aktif dalam berbagai kegiatan sosial, seperti Yayasan Kanker Indonesia, Yayasan Pendidikan Anak-Anak Indonesia, dan Yayasan Bina Nusantara.

Dora meninggal pada 8 Juli 2000, setelah menderita penyakit kanker. Ia dimakamkan di TPU Tanah Kusir, Jakarta. Ia meninggalkan kenangan yang indah bagi keluarga dan masyarakat.

  • Prabowo: Putra yang Mewarisi Darah Pejuang

Prabowo Subianto, yang lahir pada 17 Oktober 1951, adalah putra kedua dari pasangan Soemitro dan Dora. Ia mewarisi darah pejuang dari ayahnya dan keberanian dari ibunya. Ia menempuh pendidikan di sekolah-sekolah Belanda, termasuk di ELS dan AMS. Ia juga sempat belajar di London School of Economics, Inggris, sebelum akhirnya memutuskan untuk masuk ke Akademi Militer Nasional (AMN) pada 1970.

Prabowo lulus dari AMN pada 1974 dan bergabung dengan Kopassus. Ia menunjukkan kemampuan dan prestasinya sebagai seorang prajurit. Ia terlibat dalam berbagai operasi militer, seperti Operasi Teratai, Pemberontakan di Timor Timur, Pemberontakan di Papua, dan Operasi Pembebasan Sandera Mapenduma. Ia juga mendapat berbagai penghargaan militer, seperti Bintang Kartika Eka Paksi Nararya, Satyalancana Kesetiaan XVI, dan Satyalancana Seroja Ulangan-III.

Prabowo menikah dengan Siti Hediati Hariyadi, putri dari Presiden Soeharto, pada 1983. Mereka dikaruniai seorang anak, yaitu Ragowo Hediprasetyo Djojohadikoesoemo. Namun, pernikahan mereka berakhir dengan perceraian pada 1998.

Prabowo mencapai puncak karier militernya ketika ia menjadi Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) pada 1998. Namun, ia harus mengundurkan diri dari jabatannya setelah terlibat dalam kasus penculikan aktivis pro-demokrasi pada masa reformasi. Ia kemudian pindah ke Yordania dan menjadi penasihat keamanan Raja Abdullah II.

Setelah kembali ke Indonesia pada 2004, Prabowo mulai berkecimpung dalam dunia bisnis, politik, dan pemerintahan. Ia menjadi pengusaha di bidang pertanian, peternakan, dan perkebunan. Ia juga menjadi Ketua Umum Partai Gerindra sejak 2014. Ia mencalonkan diri sebagai presiden pada 2024, 2028, dan 2024, dengan berbagai pasangan calon wakil presiden. Ia saat ini menjabat sebagai Menteri Pertahanan dalam Kabinet Indonesia Maju sejak 2019.

Prabowo adalah seorang tokoh yang kontroversial, namun juga disegani. Ia memiliki visi dan misi untuk memajukan Indonesia. Ia juga memiliki loyalitas dan dedikasi yang tinggi terhadap bangsa dan negara. Ia adalah putra yang mewarisi darah pejuang dari orang tuanya.


Demikian berita yang saya tulis. Semoga bermanfaat. 😊

Share This Article