Beras, makanan pokok sebagian besar masyarakat Indonesia, kini menjadi barang langka dan mahal. Harga beras di pasar terus meroket, mencapai Rp 14.000 per kilogram untuk beras medium dan Rp 18.000 per kilogram untuk beras premium. Padahal, harga beras pada awal tahun 2023 masih berkisar Rp 10.000 per kilogram.
Apa yang menyebabkan harga beras melambung tinggi? Siapa yang harus bertanggung jawab atas krisis pangan ini? Apakah pemerintah sudah melakukan langkah-langkah yang tepat untuk mengatasi masalah ini?
Salah satu faktor utama yang mempengaruhi harga beras adalah produksi padi. Jika produksi padi menurun, maka pasokan beras akan berkurang, dan harga beras akan naik. Sebaliknya, jika produksi padi meningkat, maka pasokan beras akan melimpah, dan harga beras akan turun.
Nah, produksi padi di Indonesia ternyata sangat dipengaruhi oleh fenomena alam yang bernama El Nino. El Nino adalah peristiwa pemanasan suhu permukaan laut di Samudera Pasifik, yang dapat mengubah pola cuaca di seluruh dunia. Di Indonesia, El Nino sering menyebabkan penurunan curah hujan yang signifikan, sehingga menyebabkan kekeringan dan gagal panen.
Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), produksi padi di Indonesia pada tahun 2023 turun sebesar 13,36 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Penurunan ini disebabkan oleh dampak El Nino yang terjadi sejak akhir tahun 2022 hingga awal tahun 2023. El Nino juga menyebabkan musim tanam mundur, sehingga produksi padi pada tahun 2024 diperkirakan akan anjlok sebesar 17,52 persen.
Dampak El Nino terhadap produksi padi tidak hanya dirasakan di Indonesia, tetapi juga di negara-negara lain yang bergantung pada pertanian, seperti Thailand, Vietnam, Filipina, dan India. Hal ini menyebabkan pasokan beras global menurun, dan harga beras internasional meningkat. Indonesia, yang sebelumnya merupakan eksportir beras, kini harus mengimpor beras untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Pemerintah, melalui Kementerian Perdagangan dan Badan Urusan Logistik (Bulog), berupaya melakukan stabilisasi harga dan distribusi beras dengan berbagai cara, seperti menggelar operasi pasar murah, mengawasi distributor dan pedagang, mengimpor beras dari negara lain, dan memberikan bantuan sosial kepada masyarakat miskin. Namun, upaya-upaya ini belum cukup efektif untuk menekan harga beras dan mengatasi krisis pangan.
Beberapa ahli dan pengamat pertanian menyarankan agar pemerintah melakukan langkah-langkah strategis dan jangka panjang untuk mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap beras, dan meningkatkan ketahanan pangan nasional. Langkah-langkah ini antara lain adalah mengembangkan teknologi irigasi yang efisien, diversifikasi tanaman pangan, pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan, dan peningkatan kesejahteraan petani.
Beras mahal, El Nino jadi tersangka. Ini adalah kisah nyata yang sedang dialami oleh jutaan rakyat Indonesia, yang harus mengeluarkan uang lebih banyak untuk membeli beras, atau bahkan tidak mampu membeli beras sama sekali. Ini adalah kisah yang menggugah hati nurani kita semua, untuk bersama-sama mencari solusi dan berbagi beban. Ini adalah kisah yang harus kita ceritakan, agar tidak terulang lagi di masa depan.